Nov 15, 2009

여 전 히 Lyric by 이 홍 기

Song Title : 여 전 히 Yeo jeon hi
Artist : 이 홍 기
Album : SBS ` 미 남 이 시 네 요 ` O.S.T

Romanized/ Hangul Lyrics :

sa rang eun a nil geo ra go
사 랑 은 아 닐 거 라 고

jeol dae ro a nil geo ra go
절 대 로 아 닐 거 라 고

mae beon sog yeo wat ji man nae mam eun ja kku neo reur bu reu go
매 번 속 여 왔 지 만 내 맘 은 자 꾸 너 를 부 르 고

han geor eum do mang chyeo bo go han geor eum mir eo nae bwa do
한 걸 음 도 망 쳐 보 고 한 걸 음 밀 어 내 봐 도

geu reor su rog neon nae an e keo jeo ga go iss eo
그 럴 수 록 넌 내 안 에 커 저 가 고 있 어

geu man keum sa rang ha na bwa geu man keum gi da ri na bwa
그 만 큼 사 랑 하 나 봐 그 만 큼 기 다 리 나 봐

geu to rog a peu ge hae do nae mam eun neor tteo nar su eopt na bwa
그 토 록 아 프 게 해 도 내 맘 은 널 떠 날 수 없 나 봐

sa rang eun ha na in ga bwa
사 랑 은 하 나 인 가 봐

nae mam eun byeon chi an na bwa
내 맘 은 변 치 안 나 봐

neor hyang hae ji kyeo on sa rang i je neun da man ar su it da go
널 향 해 지 켜 온 사 랑 이 제 는 다 만 알 수 있 다 고

tta tteut han neo ui nun bic i tta tteut han neo ui sa rang i
따 뜻 한 너 의 눈 빛 이 따 뜻 한 너 의 사 랑 이

dar a nar su rog nae an e keo jyeo ga go iss eo
달 아 날 수 록 내 안 에 커 져 가 고 있 어

neo do nar sa rang haet na bwa neo do nar gi da ryeot na bwa
너 도 날 사 랑 했 나 봐 너 도 날 기 다 렸 나 봐

geu to rog a peu ge hae do ne mam eun nar tteo nar su eopt na bwa
그 토 록 아 프 게 해 도 네 맘 은 날 떠 날 수 없 나 봐

sa rang eun ha na in ga bwa
사 랑 은 하 나 인 가 봐

nae mam eun byeon chi an na bwa
내 맘 은 변 치 안 나 봐

neor hyang hae ji kyeo on sa rang i je neun da man ar su it da go
널 향 해 지 켜 온 사 랑 이 제 는 다 만 알 수 있 다 고

neor sa rang hae
널 사 랑 해

ttae ro neun sa rang i hog eun nun mur i
때 로 는 사 랑 이 혹 은 눈 물 이

u rir him deul ge hae do
우 릴 힘 들 게 해 도

sa rang hae sa rang hae nae gyeot en neo man iss eu myeon dwae
사 랑 해 사 랑 해 내 곁 엔 너 만 있 으 면 돼

yeo jeon hi sa rang ha na bwa
여 전 히 사 랑 하 나 봐

yeo jeon hi gi da ri na bwa
여 전 히 기 다 리 나 봐

meo ri reur sog yeo bo a do ga seum eun sog ir su neun eopt na bwa
머 리 를 속 여 보 아 도 가 슴 은 속 일 수 는 없 나 봐

sa rang eun ha na in ga bwa
사 랑 은 하 나 인 가 봐

nae mam eun byeon chi an na bwa
내 맘 은 변 치 안 나 봐

neor hyang hae ji kyeo on sa rang i je neun da man ar su it da go
널 향 해 지 켜 온 사 랑 이 제 는 다 만 알 수 있 다 고

Neor sa rang hae
널 사 랑 해  

>>>한윤희 @ Mods>>>

미나미 시네요 a.k.a You're Beautiful




Yeah,,,i am in a bad and crazy condition of addicting the casts!!!

>>>Minami Shineyo>>> You're Beautiful minggu ini udah memasuki tahap allias episode ke-12. It was terrible awesome!!! And i am addicted!!!

Serial ini emang udah ditungguin dari proses casting-nya yang nyebut-nyebut nama Hongki dongsaeng.,,geun seok ssi, sampe Park Shin Hye dongsaeng-ie. Ngiler banget menunggu seri ini. Tayang juga akhirnya... Pfiuhh,,

Sepertinya gw juga udah masuk dalam wilayah A.N.JELLs FanClub-nya., ㅋㅋㅋ ^^;


>>> 한윤희 @ Mods

In the Middle of the Night

Heard like a song, ya??? Heum..It is late of the night,,,and i'm still looking for my dongsaeng's job here... ㅋㅋㅋ ^^; what a nice!!!

Saat-saat kaya gini,
di mana hati bimbang
pikiran kusut
otak semrawut

Semua kegalauan, kegundahan, kemunafikan berkumpul jadi satu, bermuara pada keresahan dan kekhawatiran...

>>> 한윤희 @ Mods

Nov 10, 2009

I'm in a bad heartbreak...

Yeah...that trully title came out from the deepest of my heart and my soul...
I'm just talking about my namjas, my boys, uri Dongbangshinki-ya...

Gimana kalo mereka bener-bener gag bakal bersama lagi?
Gimana kalo mereka bener-bener akan berpisah?
Bukankah mau wamil bareng?
Bukankah mau saling memberi kado saat pernikahan?
Bukankah mau menembus impian bersama?

Yeap...gw CASSIOPEIA sejati, dan itu akan terus terjadi, dan gw termasuk salah satu yang percaya kalo mereka akan terus eksis,,,doa terbaik untuk mreka!!!

Tapi kekhawatiran melanda otak gw di tengah malam buta seperti ini., Yeap, my boys was already hurt!!! They've got pains!!! God... need help!!!

Gw gag mau hal terburuk terjadi...


Oct 28, 2009

???

Pernah ngerasa bahwa segala hal yang ada di dunia nggak selalu harus berjalan sesuai yang kita harapkan? Pernah ngerasa bahwa segala yang kita inginkan nggak selalu mulus dan kadang berkerikil tajam?

Apa yang selanjutnya kita perbuat?

Diary untuk Tuhan -Dialog Ku dan A Po Part 8-

"Bagaimana A Po bisa tersesat di hutan ini?"
Aku bertanya memecah keheningan malam. Di kala aku dan A Po belum juga menemukan jalan keluar dari gelap dan rimbanya hutan.
A Po menyeka keringatnya. Kami memutuskan beristirahat dalam goa ini. Berharap pertolongan Tuhan segera datang.
Pertolongan itu pasti datang kan, Tuhan?
"A Po lupa, Kak. Yang A Po ingat, hari itu A Po pingsan di pinggir sungai." A Po memamerkan giginya.
Dasar A Po kecil.
"Nanti kalau sudah ingat, A Po akan cerita." A Po kembali tertunduk.
"Kak,"
Aku cepat-cepat menoleh ke arahnya.
"Meski A Po masih kecil, banyak sekali pertanyaan yang A Po pikirkan." A Po menghela napasnya dengan panjang.

"A Po ingin kembali ke usia A Po yang dulu, yang masih sangat kecil dan tidak memikirkan apa-apa. A Po hanya ingin bermain bersama teman-teman, bergembira, dan tidak terbebani."
Aku memotongnya sebelum A Po melanjutkan kalimatnya.
"A Po sayang," Ku angkat kepala A Po yang semakin melemah.
"Memang beban apa yang sedang A Po rasakan?"
"Banyak, Kak. A Po sendiri bingung mau memikirkan yang mana. A Po hanya anak kecil yang masih belum mau mengerti, Kak. A Po takut menjadi dewasa. A Po takut menjadi orang besar. A Po tetap mau menjadi anak kecil."
Suara A Po ikut melemah. Berat. Tersirat beban besar di pundaknya, Tuhan. Ada apa ini?
"Tiap malam A Po selalu bertanya pada Tuhan. Tapi lagi-lagi, A Po masih tidak mengerti. Semuanya. Termasuk tanda-tanda jawaban dari Tuhan. A Po bingung, Kak."
A Po melipat kepalanya ke dalam dekapan tangannya. Tubuhnya semakin membungkuk ke tanah. Pelepah daun pisang yang kami gunakan sebagai alas tak mampu melindungi kepala A Po yang lalu tersungkur.
"A Po." Seketika aku teriak dan mendekati A Po. A Po sedikit terkulai lemah.
Sepertinya selama ini Ia mencoba bertahan sendirian, Tuhan. Malangnya.
"A Po. Sekarang A Po punya Kakak, A Po tidak usah khawatir. A Po, bangun, sayang."
Aku menarik tubuh mugil itu dalam dekapanku. Memeluknya hangat.
"A Po terluka."
Suara lemah dan singkatnya mengurat sejuta tanya dan kepedihan.
"Bukan tubuh A Po. Tapi di sini."
A Po menunjuk dadanya. Aku langsung mengelus manja tangan mungilnya. Anak yang benar-benar malang, Tuhan.

Diary untuk Tuhan -Dialog Ku dan A Po Part 7-

Siang ini, aku dan A Po masih saja menyusuri belantara tandus yang penuh dengan semak belukar. Siapa tahu di ujung jalan ini ada secercah keajaiban yang bisa membuat kami keluar. Atau setidaknya bertahan di sini.
Aku dan A Po mulai kelelahan. A Po tidak lagi merasa sendiri. Atau terus-menerus menyalahkan dirinya maupun kedua orang tuanya. Keadaan emosionil A Po kecil saat ini tengah membaik. Syukurlah, Tuhan.
"A Po capek." Seketika keluhan A Po memecah keheningan. Kami pun memutuskan untuk beristirahat di atas gundukan batu raksasa di tengah hutan.
Sembari menyeka keringatnya, A Po bergumam kecil.
"A Po bilang apa? Kakak tidak dengar." Aku mendekatkan telingaku. Namun A Po hanya tersenyum.
Aku menggelitik pinggang A Po yang kemudian mulai merasa geli. Dasar A Po yang usil.
Hhhhmmm. A Po menghela napas panjangnya, lalu memperhatikan deretan pohon dan tumbuhan yang berbaris rapi di depan kami.
"Apa Kakak tau, mengapa Tuhan tidak menciptakan manusia sendirian?"
Pertanyaan ini sungguh menggelitik. Seorang anak kecil, apa sungguh bisa bertanya seperti ini, Tuhan?
"Sejak A Po kecil, A Po selalu belajar tentang semua hal. Tapi kenapa A Po selalu tidak mengerti tentang arti kehilangan ya, Kak?"
Dasar A Po. Pertanyaan seperti ini bahkan bisa mampir di pundaknya. Aku tidak pernah menyangka anak sekecil ini punya pikiran kompleks. Untuk ukuran anak seusianya, A Po memang anak yang unik.
"Kehilangan. Ah, Kakak sebenarnya juga kurang mengerti akan hal ini. Tapi, kehilangan memang bukan sebuah kata yang mudah untuk bisa diterima, A Po."
Aku mencoba menjelaskan sebisa mungkin dengan bahasaku.
"Kehilangan. Artinya sangat luas. Tapi yang Kakak mengerti, kehilangan itu berarti perpisahan. Kehilangan berarti tidak akan bertemu lagi. Dan kehilangan merupakan sebuah kata yang benar-benar bisa menggoncangkan hati manusia di dunia. Tapi kehilangan, tidak semuanya berakibat buruk. Tuhan punya rencana lain pada kata kehilangan. Apa A Po mengerti?"
A Po menggelengkan kepalanya, sambil melihatku dengan tatapan penuh makna.
Anak kecil yang aneh. Kalau begitu, untuk apa Ia bertanya jika jawabanku saja tidak Ia mengerti? Anak ini benar-benar membuatku jatuh cinta, Tuhan...
"Mama dan Papa sering sekali menyebut kata itu sewaktu mereka bertengkar. A Po tidak mengerti sepenuhnya. Tapi anggap saja A Po paham."
A Po menyunggingkan senyumannya.
Dasar A Po.
"Kehilangan itu sesuatu yang besar. Sangat menyedihkan. Tapi dengan kehilangan, seseorang baru bisa mengerti arti hidup yang sesungguhnya."
A Po menatapku, seolah-olah Ia mengerti atas apa yang aku ucapkan barusan.
Ia memang anak yang manis, ya, Tuhan.

Oct 14, 2009

Omooooo

Omo...Help...I need help... I need help... I need help...

Bakalan jadi story yang menyedihkan buat masa depan gw kalo gw gagal di situasi ini. HELP!!!

Confuse

When confuse on something, did you ever asking someone that you trust that much? I did. But sometimes I didn't. Confuse on my head, always go ahead around it. Yea...
Sometimes, even if we are an expressive person, we just couldn't share anything we want, right?

Honestly, an expectation to tell something to someone is rising up. But when the feeling comes, the situation doesn't come perfectly...

>>> nTAN @ Admin

A dissappointed

Have you ever feel a dissappointed to something that you was belong to be??? It doesn't mean that you feel mad to THE CREATOR. But, something you couldn't tell to anybody. A little dirty secret, a dissappointed thing.

Something missed, something lost, and something didn't come in the right time.

Have you ever imagine that something or everything you want was not always come in the right time and on the right place???

I did. But have you try to Thank God for everything He gave to you???

>>> nTAn @ Admin

Oct 13, 2009

Stress Syndrome and Manage It

Pernah merasakan stress, depresi, dan frustasi yang berlebihan? Dengan alasan dan latar belakang apapun, pernah merasa kalau diri kita memiliki sindrom stress dalam diri??? Setiap orang punya beribu alasan untuk merasakan ini.

Memanage stress bukan hal yang gampang. Sulit. Apalagi jika ego dan emosi yang bercampur di dalamnya. Dijamin stress akan tambah parah...

Lalu bagaimana?

Satu hal yang bisa jadi solusi pertama. Dengarkan musik favorit. Karena dengan musik, mood akan berubah menjadi lebih baik, dan kadar stress dalam diri menurun. Gag percaya? Coba pasang musik favorit kalian di telinga, perhatikan dan resapi dengan baik. Resapi dengan sangat perlahan. Kalau perlu sambil menutup mata. Resapi dan resapi.

Kalau dengan musik belum berfungsi, tonton film favorit kamu! Apapun itu, tonton saja. Asal bukan P*** film aja. Bisa tambah stress ntar. Film komedi ringan dan menggelitik bisa mengembalikan mood yang jelek dan hilang. Tontonan yang tidak membuat penontonnya berpikir rumit, bisa jadi bahan penghilang stress.

Nonton film belum juga jadi solusi? Pergi ke tempat yang kamu suka. Mall, taman, resto, cafe. Wherever, asal mood kamu balik.

Gag berhasil??? Kalo gitu mengurung diri di kamar sambil bermuhasabah mungkin akan lebih baik... :)


>>> nTAn @ Admin

FESTIVAL KEBUDAYAAN KOREA DI JAKARTA

Ada info penting dan seruuuuuuuuu

Kedutaan Korea Selatan bekerja sama dengan Indonesia mengadakan Festival Kebudayaan Korea di Jakarta. Berikut ini jadwal rangkaian acara kebudayaan Korean Cultural Week, menurut rilis yang diterima Vibizdaily. Kegiatan akan dielenggarakan mulai hari ini, Jumat (9/10) dan berakhir 18 Oktober 2009

9 Oktober 2009 (pukul 17.30 – 21.00 di Balai Kartini, Jakarta)
Pertunjukkan seni Korea, tarian, musik dan istrumen. Pertunjukkan kesenian oleh orang-orang Indonesia. Ada pula pertunjukkan B-boy (yang menggabungkan break dance dengan music tradisional Korea). *acara ini sangat menyebalkan katak seorang teman yg datang, karena banyak fans alay, gw mikir gmn klo artis beneran yg datang?? *

13-18 Oktober 2009 (di Blitzmegaplex Pacific Place) ditayangkan lima film Korea, yaitu “The Divine Weapon”, “Beyond The Years”, “Christmas in August”, “Seven Days”, dan “The Show Must Go On”.

13-18 Oktober 2009 (di Museum Nasional Indonesia) dipamerkan 100 jenis bordiran khas Korea. Acara pameran akan dibuka Selasa, (13/10) pukul 13.00.

16-18 Oktober 2009, bertempat di Grand Indonesia, West Mall, lantai 3A dipamerkan produk-produk agrikultur Korea, seperti ginseng, pir, apel, got-gam). Ditampilkan juga produk kehutanan Korea (jamur, jat, dan kenari) dan demo makanan Korea.

15 Oktober 2009, bertempat di Usmar Ismail Hall, pukul 19.00-20.00 pertunjukkan Musisi Korea di Indonesia dan musisi jazz Indonesia.

13 Oktober 2009, bertempat di Universitas Indonesia, pukul 08.00-16.30 dipresentasikan dan diadakan diskusi pendidikan di Korea dan Indonesia.

13 Oktober 2009, bertempat di Ballroom Intercontinental Hotel, pukul 18.00-21.00 diadakan acara kebersamaan Indonesia dan warga Korea di Indonesia juga ditampilkan tarian tradisional Korea dan Indonesia. *acara makan2*


Informasi dan keterangan lebih lanjut dapat menghubungi Kedutaan Korea di Jakarta: Jalan Jenderal Gatot Subroto, Kav. 57, Jakarta 12950. Telepon (021) 5201915 dan Fax (021) 5254395

Yang mao datang,...hayuuuukkkk....

nTAn @ Admin

>>> Credits: KI

Have You Ever

Have you guys ever thinking about loneliness???
It seems scary for several people. For you??
I feel it same while I was feel alone. It scared me, and made me fight by myself. I don't know where to go, and I don't know how to be.
Loneliness is always be a huge word teach me, how bad and wonderful the world is.

Have you guys ever thinking about loneliness all by yourself???
Loneliness is just a loneliness.When someone needs to be just alone. Just alone. And just alone. But loneliness for me, is also a damn situation...

nTAn @ Admin

Diary untuk Tuhan ~Dialog Ku dan A Po ~Part 6~

"A Po kelihatannya benar-benar haus, ya?" Aku menggoda A Po.
A Po hanya tersenyum sambil sejenak menatapku, lalu kembali ke aktivitasnya: dengan lahap meminum air sungai yang jernih.
A Po. Anak kecil ini, ya, semalam aku memang menemukannya, dan ku putuskan untuk menemaninya malam ini, dan melalui malam-malam berikutnya bersama. Mungkin saja bisa membuat perasaannya membaik. Ku harap begitu.
Aku terus memandangi tubuh mungil A Po yang penuh guratan luka. Sepertinya luka-luka itu sudah menempel di sana berhari-hari tanpa pernah dibersihkan. Sungguh anak yang malang, Tuhan.
"A Po, lapar tidak?" A Po masih belum ingin memperhatikanku. Tangannya masih sibuk menepuk-nepukkan air segar itu ke wajahnya. "A Po..." Panggilku sekali lagi.
A Po pun akhirnya menoleh, aku hanya tersenyum kecil.
"Iya, A Po sedikit lapar, Kak. Dimana kita bisa temukan makanan?"
A Po mencoba memperhatikan belantara yang mengelilingi kami. Aku melakukan hal yang sama. Tidak ada yang bisa kami manfaatkan di sini, sepertinya. Belantara yang tandus.
Aku segera berdiri dan mengulurkan tangan, "Yuk", ajakku.
A Po pun beranjak dari posisinya, dan bersamaku berusaha menemukan 'sesuatu' untuk diolah dan dijadikan sumber tenaga baru.
Di tengah perjalanan kami, A Po yang masih sedikit terpincang mulai berceloteh,
"A Po sedih. Apa Kakak tau itu?"
Aku menoleh ke arahnya, sambil menggandeng lembut tangan mungilnya.
"Sedih? Apa yang A Po sedihkan? Kakak ada di sini sekarang." Raut wajah itu kembali lagi. Mata sembab itu datang lagi. A Po menundukkan kepalanya dengan gontai.
"A Po ingin kembali seperti dulu. Seperti dulu A Po pertama kali dilahirkan. Di saat semua orang bersorak menyambut kehadiran A Po. Di saat semua orang bergembira melihat A Po yang pertama kali menghirup udara dunia."
A Po menghela napas cukup panjang.
"A Po yang masih sekecil ini, masih belum siap menerima semuanya, Kak."
Semakin aku mendengarkan keluhannya, semakin aku tidak mengerti, Tuhan.
"A Po rasa, ini waktunya untuk A Po belajar dewasa. Ya, di umur A Po yang masih sekecil ini, A Po harus mulai dewasa. Meski A Po juga tidak tau betul arti dari dewasa itu apa, Kak." Hhhmmmm...
Aku pun tersenyum getir. Pikiran apa yang sedang merasukinya, ya.
"A Po, mulai sekarang, lupakan semua kegetiran yang pernah A Po rasakan. Di sini ada Kakak. Dan mulai sekarang, A Po tidak akan sendirian lagi. Tidak akan kesepian lagi. Percaya sama Kakak."
Aku berikan senyuman terbaikku untuknya. A Po membalas senyumanku cepat.
"A Po sayang Kakak." Sekejap langkah kaki kami terhenti, dan A Po memelukku erat.
Ya Tuhan, aku tidak ingin peristiwa buruk kembali menimpa A Po. Meski Ia belum mau bercerita tentang semuanya dengan terbuka, setidaknya aku ingin bermanfaat untuknya, Tuhan.


nTAn @ Admin

Aug 15, 2009

Diary untuk Tuhan ~Dialog Ku dan A Po Part 5~

Diary untuk Tuhan -Dialog Ku dan A Po Part 5-

Setelah sekian hari berada di belantara yang sama dengan A Po, beberapa hari ini aku hilang kontak dengannya. Ada apa dengan anak kecil ini, Tuhan? Apa Ia sedang menderita kali ini? Atau malah bersenang-senang dengan kebahagiaan kecilnya?

Ku susuri belantara nan tandus ini di malam hari. Hanya seorang diri. Dan kali ini, bukan A Po yang menemaniku. Melainkan auman harimau dan seringai serigala yang coba menyapaku. Ku pikir hal ini sudah biasa, Tuhan.

Setapak demi setapak ku lalui. Mencoba menerka keberadaan A Po. Meski tidak nampak sedikit pun. Kini hatiku yang mulai bertanya dan gundah. Kemana A Po?

"Ahhh... Ahhh..."

Oh Tuhan, ada raungan kecil terdengar. Suara itu tidak seperti suara yang ku kenal memang. Tapi suara itu begitu dekat.

Aku paksa kakiku melangkah, mencoba mencari dan mendekati asal suara. Semakin ku dekati, mengapa suara itu makin menghilang?

Ku hentikan langkahku. Berkonsentrasi mendengar dengan lebih pasti. Raungan itu berhenti. Tapi aku belum berhenti penasaran, Tuhan.

Aku coba berpikir. Sambil membungkukkan badan dan mencari, ku temukan sesosok tubuh kecil terkulai lunglai di atas tanah yang lembab karena udara dingin.

Ya Tuhan, itu tubuh A Po. Tubuh anak kecil yang tengah ku cari.

Aku mendekati tubuh itu. Sepertinya A Po sudah pingsan, Tuhan.

Aku panik. Ku goyangkan tubuh A Po berkali-kali. Berusaha menenangkan diriku bahwa A Po masih hidup.

Ku dekatkan telingaku ke dadanya, berharap detak jantungnya masih terdengar.

Aku juga memeriksa nadinya dengan ibu jariku, juga berharap nadinya masih berdegup.

Beberapa saat, detak jantung itu menghilang. Sirna. Aku benar-benar panik kali ini, Tuhan. Apa yang harus ku lakukan?

Setelah sekian lama berusaha dan berdoa, syukurlah...Detak jantung A Po kembali. Namun Ia belum sadar juga. Ada apa sebenarnya ini?

Uhuk-uhuk.
A Po terbatuk. Aku mencoba menaruh badannya di pangkuan pahaku.

"A Po..." panggilku pelan.

A Po masih tidak menyahut. Aku semakin khawatir, Tuhan.

"A Po..." Mata A Po mulai berkerjap. Terselip sedikit rasa lega di dadaku. Syukurlah.

Uhuk. "Kakak?" A Po langsung mengenaliku. "Kenapa Kakak bisa ada disini?"

"Kakak mendengar rintihanmu tadi. A Po, kenapa bisa pingsan?"

"A Po lupa. Yang A Po ingat, ada auman binatang buas. Dan terjadi begitu saja."

"Mama Papa A Po mana?"

A Po menggelengkan kepalanya. Mata sembabnya bertambah kusut. Malangnya anak ini, Tuhan.

"A Po semalam berpisah dengan Mama dan Papa. Mungkin mereka sudah mulai tidak menginginkan A Po..."

Ya Tuhan, mengapa anak sekecil ini bisa berpikiran seperti itu?

"A Po...Tidak boleh berkata seperti itu, ah." Aku mencoba menenangkannya.

"A Po...masih tidak mengerti pikiran orang dewasa. A Po masih belum mau mengerti pikiran mereka, perasaan mereka. A Po masih ingin menjadi anak kecil yang bisa bermain di dunia A Po yang kecil ini, Kak."

A Po mulai tersedu, tersedan. Seketika Ia menangis di pelukanku.

Seperti biasanya, aku hanya bisa menenangkannya, tanpa bisa berbuat banyak. Anak sekecil ini, sebenarnya apa yang tengah Ia hadapi, Tuhan?



Diary untuk Tuhan ~Dialog Ku dan A Po Part 4~


Tuhan, malam ini saat aku merasa benar-benar sendirian, A Po menghampiriku. Saat ini aku dan A Po tengah bersama di suatu tenda di dekat hulu sungai.

A Po terlihat begitu gembira. Baru kali ini aku melihatnya tertawa lepas seperti itu. Mungkin hatinya kali ini sedang bebas ya, Tuhan.

Aku dan A Po bercengkrama dengan gembira malam ini. Anak kecil yang menyenangkan.

Tak berapa lama kami saling menggelitik tawa, A Po yang polos itu tiba - tiba seperti biasa melontarkan pertanyaan - pertanyaan polosnya.

" Kak, apa Tuhan menciptakan makhluknya dengan penuh rencana? "

" Loh, mengapa A Po tiba - tiba bertanya seperti ini? "

A Po menatapaku usil dan tersenyum. Ia lucu sekali, Tuhan.

" Tuhan punya rencana pada tiap makhluk - Nya. Dan itu pasti. Dari Mama dan Papa A Po belum bertemu pun, Tuhan sudah punya rencana istimewa untuk mengirim A Po mengisi kegembiraan di dunia ini. "

" Apa benar, Kak? "

Dasar A Po. Aku hanya bisa tertawa kecil.

Diary untuk Tuhan ~Dialog Ku dan A Po Part 3~


Tuhan, di dua malam yang lalu, saat aku berjalan sendirian menyusuri padang pasir di tengah gurun itu, untuk kesekian kalinya aku berjumpa lagi dengan A Po. Aku menghampirinya. Ia sedang menangis, Tuhan.

"A Po." Aku memanggilnya. Ia sangat sesenggukan. A Po melipat pundaknya, dan terus menangis di atas gundukan pasir itu. Sepertinya, beban berat mampir ke pundaknya, Tuhan.

A Po tidak menghiraukanku. Ia terus saja menangis. Aku kebingungan menenangkannya. Ia tidak bicara, juga tidak berhenti membanjiri padang rumput ini dengan air matanya.

" A Po." Aku mencoba memanggilnya sekali lagi.

Tapi sekali lagi pula Ia mengacuhkanku. Anak yang malang, pikirku.

Mata A Po memerah. Bawah kelopaknya juga menebal. Pipinya terasa membengkak. Hidungnya pun memerah. Anak sekecil ini, apa yang sedang Ia rasakan, Tuhan?

Malam itu, tubuh A Po menggigil. Dingin sekali. Padahal tidak sedikit keringat yang mengucur dari leher dan badannya. Apa mungkin Ia sakit?

Aku rasa tidak, Tuhan. Sepertinya, A Po benar - benar merasakan kelelahan yang teramat dahsyat akan sesuatu.

"A Po. Ini Kakak."

Mungkin dengan mengingatkanku, A Po bisa sedikit terhibur ya, Tuhan. Ya, aku harap begitu.

"A Po."

Awalnya, panggilan keseskian ini memang diacuhkannya. Syukurlah, kali ini Ia mau sedikit melihatku.

"Kakak."

Seketika itu juga A Po memelukku, dan memegangiku erat. Aku tahu benar, anak ini merasakan sesuatu yang berat. Tangisannya semakin keras di pelukanku, Tuhan.

"A Po, ada apa? A Po bisa cerita sesuka hati A Po, pada Kakak. Ada Apa, sayang? "

Aku merayu A Po, berusaha ingin tahu.

"Kakak."

A Po terus memanggilku saja. Tidak bicara yang lain. Aku yang hanya bisa tersenyum, juga hanya bisa menjadi tempatnya menangis saat ini. Mungkin baru ini yang bisa kulakukan sekarang.

Hampir satu jam, aku berusaha menenangkan A Po. Di detik berikutnya, A Po melepaskan pelukannya dan mencoba menyeka air matanya, kemudian bercerita kepadaku.

"Kak."

Aku membenarkan posisi dudukku, dan berusaha mendekat pada anak kecil ini, Tuhan.

"A Po..." Suaranya masih sesenggukan. "A Po merasa, kadang A Po merasa lelah ada di sini. Meski A Po tahu, dosa kalau A Po bicara seperti itu."

"Kalau A Po tahu, kenapa A Po bicara seperti itu?"

"Kak, A Po bingung A Po harus bagaimana. A Po hanya anak kecil. A Po belum mengerti banyak hal. Tapi semua ini benar-benar menguras pikiran A Po, Kak."

Tuhan, malang benar anak kecil ini.

Apr 8, 2009

Diary untuk Tuhan ~Dialog ku dan A Po Part 2~

Tuhan, tadi pagi lagi-lagi aku bertemu dengan A Po. Padahal, aku dan A Po sudah berpisah di tengah hutan tempo hari. Katanya ia akan menempuh jalannya sendiri, tidak bersamaku.

Namun benang jodoh kembali mempertemukan kita.

Di depan anak sungai yang mengalir tenang di tengah hutan, aku lihat A Po sedang membasuh muka lusuhnya.

Anak kecil itu sepertinya sedang stres, Tuhan.

Aku menghampirinya. 

"A Po."

A Po membalikkan badannya. Tubuhnya mengurus. Pakainnya tampak kumal. Sama sepertiku, Tuhan.

"Kakak."

Senyuman A Po yang terakhir ku lihat adalah saat kami berpisah tempo hari.

"Kak, sekarang A Po tahu, Tuhan sayang A Po."

Ucapan A Po mengagetkanku. Anak ini sepertinya sudah mulai mengerti sesuatu, Tuhan.

"Kenapa tiba-tiba A Po berkata seperti ini?" Aku bertanya ingin tahu. Mungkin anak ini bertemu dengan orang tuanya semalam.

"Tuhan ciptakan banyak kesulitan. Untuk A Po. Tuhan lakukan banyak kesukaran dan menukarnya dengan kesukaran yang lain juga untuk A Po. Padahal maksud Tuhan baik, kan? Tuhan hanya ingin A Po jadi anak yang lebih baik."

Aku dan A Po berbaring di bibir anak sungai itu.

"Semalaman A Po berpikir keras. Apakah Tuhan menciptakan A Po dengan sia-sia. Tapi pasti tidak. Tuhan punya tujuannya sendiri menciptakan A Po ke dunia ini."

A Po menghela napas. Anak ini benar-benar lucu ya, Tuhan.

A Po melanjutkan omongannya, "Semalam, saat A Po hampir diterkam singa, A Po terus memohon pertolongan pada Tuhan. A Po pikir, Ia tidak mendengar jeritan A Po. Ternyata A Po salah, Kak. Tuhan sangat pintar. Ia malah mengirim malaikat untuk menciptakan sebuah petir dan menusukkan petir itu tepat ke sebuah pohon yang ada di sebelah singa itu. Tuhan hebat sekali. Singa itu langsung meninggalkan A Po. Lega rasanya."

A Po tersenyum. Demikian juga denganku, Tuhan. Beberapa hari tidak bertemu dengannya, dan membiarkannya bermain sendirian di tengah hutan, ternyata bisa sedikit mendewasakannya, ya. 

"Tapi, Kak."

Suara A Po melemah. Aku melipat senyumanku.

"Meski Tuhan sayang A Po, dan Dia sangat baik, apa mungkin A Po bisa bersabar di tengah hutan ini lebih lama?"

Ah, lagi-lagi pertanyaan yang sama seperti tempo hari.

"Bukankah A Po pernah bertanya ini sama Kakak?"

A Po nampak bingung. "Apa iya?" A Po mencoba mengingat-ingat. "A Po lupa. Maaf, Kak."

Aku kembali tersenyum. Anak kecil yang aneh. Tiap ketemu hanya bisa membuatku geli.

"Kak, apa A Po terlihat seperti anak kecil yang penuh dengan duka?"

Mengapa anak ini tiba-tiba bertanya seperti ini ya, Tuhan?


Mar 26, 2009

Diary untuk Tuhan ~Dialog ku dan A Po Part 1~


Tuhan, semalam aku bertemu dengan seorang anak kecil yang tersesat di tengah hutan. Aku termasuk salah satu orang yang tersesat di dalam hutan itu. Kami berdua pun berteman, karena sama-sama merasa senasib sepenanggungan.

Malam itu, anak kecil yang aku panggil A Po itu bertanya, "Kak, mungkinkah Tuhan akan bebaskan kita dari hutan ini?"

A Po yang bermata sipit dan berkulit putih itu nampak ingin tahu.

Aku hanya bisa memandang langit. Lalu mengerenyitkan dahi. Tuhan, Kau pasti dengar pertanyaan A Po, kan?

"A Po, Tuhan tidak pernah tidur. Ia akan selalu ada untuk kita. Ia bahkan lebih dekat daripada urat nadi kita sendiri. A Po harus ingat itu." Aku berusaha menenangkannya, Tuhan. 

Tapi A Po nampaknya kurang puas dengan jawabanku. A Po bertanya lagi, "Bagaimana bisa Tuhan melupakan kita di sini?"

Dasar anak kecil. Tuhan, aku tahu A Po tidak bermaksud buruk pada Mu. Ia hanya seorang anak kecil yang tidak bisa mengekspresikan perasaannya dengan baik.

"Tuhan tidak sedang melupakan kita, A Po. Ia tidak akan pernah melupakan kita. Lihat saja, jika Ia melupakanmu, Ia tidak akan mempertemukanmu dengan Kakak, kan?"

A Po tersenyum. Sedikit.

"Kak, aku hanya punya Tuhan sebagai tempatku bercerita. Aku hanya punya Dia sebagai tempatku berkeluh kesah, dan meminta pertolongan. Tapi, Kak, apa Tuhan akan mendengar dan mengabulkan semua doa ku?"

A Po anak yang polos. Lugu. Juga naif. Tuhan pasti bahagia saat menciptakan anak ini.

"Pasti. Tapi Tuhan tau mana waktu yang paling baik untuk mengabulkan seluruh doa A Po. Mungkin bukan sekarang. Suatu saat, pasti ada."

"Kapan, Kak?" A Po nampak tidak sabar.

"Suatu hari itu pasti datang. Kalau A Po bersikeras dan tidak sabar, Tuhan mungkin sebal dengan A Po. Apa A Po mau, Tuhan bersikap cuek pada A Po?" 

A Po nampaknya mengerti dengan penjelasanku, Tuhan.

"Kak, semua tumbuhan di sini apa bisa kita makan?" Tanya A Po lagi padaku.

"Tentu tidak. Ada beberapa dari mereka yang beracun."

A Po yang sangat tidak berdaya itu mengayun-ayunkan kakinya saat kami duduk di atas ranting pohon, di tengah malam.

"Kak, A Po anak yang baik. A Po selalu menuruti semua keinginan Mama dan Papa. A Po tidak pernah berkata 'ah' pada mereka. Juga durhaka pada mereka. A Po baik pada teman - teman, sopan santun terhadap yang lebih tua, dan berusaha mengerti semua yang diajarkan guru pada A Po. Tapi sepertinya ada yang Tuhan lupa."

A Po memandang ke arah gugusan bintang yang seolah membentuk rangkaian mahkota di langit sana.

"Tuhan tidak pelupa, A Po."

A Po menatapku. Mukanya tampak bingung, Tuhan.

"Kalau Tuhan tidak lupa, bagaimana Ia bisa tidak mengeluarkanku dari sini?"

Aku hanya bisa tersenyum, Tuhan. Lagi-lagi pertanyaan ini. Anak ini begitu naif. Tuhan, Kau pasti geli mendengar pertanyaan - pertanyaannya yang selalu diulanginya. Aku juga begitu.

"Tuhan hanya ingin tahu, apakah A Po anak yang baik, atau nakal. Ujian kecil ini, A Po pasti bisa melewatinya, kan?"

A Po menggigiti jari telunjuknya, menghela napas panjang, lalu dengan tatapan datarnya, kembali memandangiku.

"Tuhan baik, kan. Suatu saat, A Po bisa keluar dari hutan ini, kan? Suatu saat, A Po bisa berbuat kebaikan sesuka A Po lagi, kan?"

Lagi-lagi aku tersenyum. Dasar A Po.

"Yang paling penting, A Po harus ingat, Tuhan sayang A Po. Makanya Ia mau A Po sedikit berusaha."

A Po tersenyum padaku.

"Ingat, ya. Tuhan sayang A Po."

~ nTan @ March 25th 2009 ~

Tragedi Situ Gintung




Saat gw baru balik dari rumah sakit, nyokap manggil dan ngasih kabar duka. Tanggul Situ Gintung jebol. Iyah, tanggul itu saat ini sudah menelan 43 orang tewas tapi baru 28 orang yang teridentifikasi. Kebanyakan dari korban itu adalah wanita dan balita. Jumlah itu pasti masih akan terus bertambah. Bahkan, 4 mahasiswa UMJ disinyalir ikut menjadi korban tewas. Mereka adalah mahasiswa yang ngekos di dekat UMJ.

Kejadian malam tadi pada jam 3 subuh, awalnya hanya hujan deras dari semalam yang tak kunjung berhenti. Tapi setelah adzan Shubuh, suara gemuruh terdengar, tanggul yang sangat besar dengan dinding penahan yang tinggi itu gag pelak mampu menahan derasnya air yang ingin keluar. Batu-batu besar berhamburan keluar tanggul dan menimpa warga Cirendeu.

Warga yang masih tertidur lelap tentunya gag bisa dengan sigap menyelamatkan diri mereka, karena suasana masih sangat gelap. Panjang tanggul yang jebol adalah 70 cm. Terjangan air yang seperti tsunami kecil itu akhirnya meluluhlantakkan ratusan pemukiman warga dan sedikit bagian UMJ.

Musibah kali ini tentunya meninggalkan duka yang mendalam buat semuanya. Duka ini duka Indonesia. 

Semua korban dievakuasi ke FH-UMJ dan STIE Ahmad Dahlan. Semoga Allah menerima semua arwah dan pahala saudara2 kita di sana yang menjadi korban. Amin.

PS : Ada salah seorang temen gw yang gw belum denger kabarnya. Ada apa dengan Resti dan keluarganya sekarang? Ya Allah, selamatkanlah ia dan keluarganya. Amin.


Long time *lil bit story of SIC*

Long time yaa..gw gag ngisi ini blog. Wheeekkkzz... 
Maklum nee,,mo lulus aja repot. Dari dulu kita selalu direpotkan kalo udah menjelang kelulusan ya. Kenapa begitu ya? Hidup memang aneh. Masa, dari kecil selaluuuuu aja ada sesuatu yang diluluskan sebelum lulus.

Heum.
Dua minggu yang lalu, gw dateng ke nikahan Alay. Haduhhh... Dua orang sudah menikah di kelas gw. Si Ulfa yang jadi pioneer. Gw kapan yaaa??? Hehehe.
Jadi iri banget liat semua bahagia. Bahagia buat gw kira2 kapan nih??
Yang pasti bukan kemarin, sekarang, atau besok. Mungkin minggu depan. *Dan Tuhan pasti lebih tau itu*
Liat temen2 gw,,,4 tahun hampir kita jalan bareng, melewati segala rintangan suka dan duka. Sekarang udah mao lulus. Rasanya gag pengen pisah deh. Meski dalam perjalanan 4 tahun itu, banyak banget godaan yang udah menguji persahabatan kita. Yaahhh,.,mungkin ini bisa dinamakan persahabatan.

Awal ketemu, kelas ini emang asik. Lambat berjalan jadi aneh. Terus melalui waktu yang panjang, kelas ini memang aneh,. Tapi semua keanehan, termasuk makhluk penghuninya yang aneh2 bin ajaib, bikin gw betah terus2an ada di dalemnya. Apa gw termasuk aneh juga?? *Maybe*

SIC angkatan 2005. Thanks 4 all, guys.

Love you. WE ARE ALWAYS BE AN EVERLASTING FRIENDS. FOREVER,.

Jan 15, 2009

STOP!!!

OMG...Di tahun baru Islam ini, ISRAEL bener2 biadab yah! Pembantaian pada semua sodara2 gw di Palestina, apa gag pernah kebuka dan kepake itu mata!!!
STOP Pengeboman itu,NOW!!!
Gag ada kata2 lain yang pantas menggambarkan THE ISRAIL LAKNATULLAH...
Astaghfirullah... Hari ini aja korban meninggal udah 1100 orang dan 450 di antaranya anak kecil! 4500 orang lainnya luka parah! Dan itu semua hampir warga sipil!
Dari mananya ngebom tempat Hamas? HEY.... DID YOU SEE YOU'VE JUST HURT ANY CIVILIZATION,.. ISRAIL LAKNATULLAH,,,
STOP!!!
STOP!!!
STOP!!!
STOP THIS BOMB AND WAR!!!