Mar 9, 2011

SELF DIMENSION

Dalam dimensi diri terdapat empat aspek fundamental yang mengiringinya, yakni konsep diri (tentang bagaimana kita melihat diri kita), kesadaran diri (wawasan dan pengetahuan mengenai diri), dan penghargaan diri (nilai dalam penempatan diri).

1. Self Concept (Konsep Diri)

Merupakan cara bagaimana kita yakin terhadap diri kita. Konsep ini terdiri atas perasaan dan pikiran mengenai kelemahan & kekuatan, kemampuan & keterbatasan, dan aspirasi & sudut pandang (Black, 1999). Konsep diri ini dibangun dari empat sumber: citra diri yang nampak oleh orang lain, pembanding diri sendiri dan orang lain, ajaran mengenai budaya, serta cara menterjemahkan dan mengevaluasi pemikiran & tingkah laku.

a. Pandangan Orang Lain Terhadap Diri Kita

Bagaimana kita memandang diri kita adalah dari bagaimana orang lain memandang kita, seberapa kita bersikap ramah ataupun sombong. Konsep ini sama dengan konsep Cermin (Charles Horton Cooley, 1922) tentang bagaimana orang lain berpikir mengenai diri kita, memperlakukan kita, dan memberi reaksi terhadap keberadaan kita. Konsep diri ini mengacu pada seberapa signifikannya orang lain memandang kita baik dari segi positif maupun negatif. Refleksi orang lain inilah yang membantu kita mendefinisikan konsep diri kita.

b. Perbandingan Sosial

Cara lain untuk mengembangkan konsep diri kita adalah dengan membandingkan diri kita dengan orang lain. Bila kita ingin melihat secara lebih dalam mengenai diri kita sendiri, maka kita harus melihat orang lain dari perspektif yang berbeda.

c. Ajaran Budaya

Pengetahuan mengenai budaya sebenarnya ditanamkan pada diri setiap manusia oleh orang tua, guru, dan media, dan pengetahuan inilah yang membentuk perspektif tentang bagaimana kita percaya, menilai, serta bertingkah laku terhadap pandangan agama, kesuksesan, maupun nasionalisme.

Nilai budaya memberi segi positif jika kualitas budaya yang ada di diri kita tinggi sehingga orang lain bisa menghargainya dengan baik. Sebaliknya, jika nilai budaya yang kita tunjukkan berkualitas rendah terhadap konsepsi diri kita, maka orang lain akan menilainya negatif. Karena secara tidak langsung, budaya yang kita anut berpengaruh besar pada sikap dan keyakinan kita terhadap sesuatu.

d. Interpretasi dan Evaluasi Diri

Kebanyakan orang lain menilai diri kita berdasarkan atas apa yang kita lakukan dan bagaimana tingkah laku kita, kita lalu menginterpretasikannya kemudian mengevaluasinya. Interpretasi dan evaluasi ini membantu diri kita untuk bisa mengenal konsep diri kita yang sesungguhnya.

Misalkan diri kita diinterpretasikan sebagai seorang pembohong, maka tingkah laku kita pun akan terus menuai kebohongan. Atau misalkan kita adalah seorang guru yang mendapatkan seorang murid dengan kepintaran luar biasa, maka kita pun mengevaluasi diri sebagai seorang yang hebat karena telah bisa mengajarkan orang lain.

2. Self Awareness (Kesadaran Diri)

Kesadaran diri menggambarkan seberapa luas pengetahuan terhadap diri sendiri. Memahami bagaimana perkembangan konsep diri kita adalah salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran diri kita. Semakin kita mengerti tentang cara pandang kita terhadap apa yang kita lakukan, maka kita akan semakin mengerti siapa kita. Wawasan tambahan diperoleh dengan model empat diri Jendela Johari (Luft, 1984). Model ini menggambarkan komunikasi antarpersonal diri kita yang keseluruhannya menjadi satu meski pada bagian yang terpisah-pisah.

a. The Open Self (Diri yang Terbuka)

Diri yang terbuka mewakili seluruh informasi, tingkah laku, sikap, perasaan, hasrat, motivasi, dan ide yang kita dan orang lain ketahui. Kita terbiasa membuka diri kita dan membiarkan orang lain tahu tentang kita kepada beberapa orang saja, dan kepada orang yang lain yang kita tidak terbiasa untuk terbuka maka kita cenderung menutup diri kita. Jika kita membuka diri, maka komunikasi akan menjadi lebih mudah daripada menutupnya.

b. The Blind Self (Diri yang Buta)

Diri yang buta mewakili seluruh hal mengenai diri kita yang orang lain ketahui namun cenderung kita abaikan. Mulai dari kebiasaan sepele sampai penting, seperti bagaimana kita memiliki ekspresi yang meluap-luap, kebiasaan memegang hidung saat marah, dan sebagainya.

c. The Hidden Self (Diri yang Tersembunyi)

Diri yang tersembunyi meliputi segala hal yang kita ketahui tentang diri kita namun hal tersebut merupakan rahasia bagi orang lain. Dalam kaitan interaksi dengan orang lain, makna the hidden self termasuk segala hal yang kita tidak ingin tunjukkan, apakah itu relevan atau tidak relevan dalam komunikasi. Bahkan secara ekstrem, dalam kasus ini kita bisa bedakan antara overdiscloser dan underdiscloser . Bagi para “overdiscloser”, mereka tak sungkan membicarakan problem keluarga, masalah anak-anak, kesulitan keuangan, atau apapun persoalan yang dia hadapi. Kebalikannya, para “underdiscloser” tak akan pernah membicarakan problem yang dia hadapi. Mereka tak masalah untuk untuk membicarakan masalah apapun, kecuali tentang diri mereka sendiri.

d. The Unknown Self (Diri yang Tidak Dikenal)

Diri yang tidak dikenal merupakan representasi di mana baik dirinya maupun orang lain tidak mengetahui kebenaran yang ada. Eksistensi dari “jendela ini” bisa diketahui dari beberapa sumber, yaitu:

· Dinampakkan oleh adanya Perubahan temporer yang dibawa oleh peristiwa eksperimental seperti hipnotis atau “sensory deprivation” (kehilangan panca indra).

· Adanya mimpi atau certain projective test

· Namun demikian, kebanyakan disebabkan adanya fakta bahwa “Kita mempelajari sesuatu tentang diri kita sendiri yang kita tidak ketahui sebelumnya”

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesadaran diri:

a. Bertanya pada diri sendiri

Salah satu cara jitu tekni bertanya pada diri sendiri adalah dengan menggunakan media informal test : Who Am I, mencari tahu kelemahan dan kemampuan diri, mimpi, serta target perbaikan diri kita.

b. Mendengarkan orang lain

Hal ini mampu mendapatkan feedback dari orang lain, untuk meningkatkan self awareness.

c. Aktif mencari informasi mengenai diri sendiri

Dengan cara demikian kita dapat mengurangi blind self. Kita tak dapat memaksa orang lain untuk memberikan pendapat tentang diri kita, terlebih lagi ada orang yang bersifat negatif terhadap kita yang memiliki agenda pribadi. Namun kita dapat menggunakan peristiwa yang terjadi untuk memperoleh self-information.

d. Melihat sisi diri yang berbeda

Melihat diri dari kacamata orang lain dapat memberi perspektif yang baru dan bernilai mengenai diri kita.

e. Meningkatkan diri yang terbuka

Kita dapat meningkatkan makna dan keintiman dari sebuah dialog, melalui interaksi yang kita peroleh dengan mengenal diri sendiri.

3. Self Esteem (Penghargaan Diri)

Seberapa besar kita menyukai diri kita sendiri dan seberapa kompeten kita menilai diri kita, adalah kunci bagaimana kita merefleksikan nilai self esteem yang kita miliki. Seseorang yang memiliki self-esteem yang tinggi akan berkomunikasi melalui pesan verbal maupun non verbal.

Self-esteem sangat penting, sebab kesuksesan melahirkan kesuksesan berikutnya. Saat kita merasakan hal yang bagus tentang diri kita, di mana kita mampu untuk melakukan suatu hal, maka performa kita akan lebih baik. Saat kita berpikir bahwa kita akan sukses, maka kita akan berbuat layaknya seorang yang sukses. Saat kita berfikir akan gagal, maka kita akan berbuat layaknya seorang yang gagal. Dengan meningkatkan self esteem, maka akan membantu kita untuk fokus dan bertindak efektif dalam hal studi, karir, dan hubungan interpersonal.

Adapun cara untuk meningkatkan penghargaan terhadap diri antara lain:

a. Menyerang kepercayaan diri yang bersifat merusak

Berusaha jujur seutuhnya terhadap diri sendiri, tanyakan pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan seperti:

· Dorongan untuk menjadi sempurna: Apakan kita terlalu keras berusaha untuk menampilkan diri sendiri menjadi seseorang dengan level tinggi dan seolah-olah hal lain yang kurang sempurna tidak dapat diterima?

· Dorongan untuk menjadi kuat: Apakah kita percaya jika kelemahan emosional seperti sedih, dan kesendirian adalah hal yang salah?

· Dorongan untuk menyenangkan pihak lain: Apakah kita selalu tunduk pada pendapat dan persetujuan pihak lain? Dan jika mereka tidak menyetujui pendapat kita maka kita merasa tidak berharga?

· Dorongan untuk terburu-buru: Apakah kita melakukan segala sesuatunya dengan sangat cepat dan berusaha untuk melakukan hal lain pada waktu yang diberikan?

· Dorongan untuk berusaha keras: Apakah kita mengambil tanggung jawab dan beban melebihi kemampuan kita?

b. Penegasan atau penguatan yang kokoh

Ide dibalik pesan ini adalah cara kita berbicara terhadap diri sendiri mempengaruhi cara kita berpikir tentang diri sendiri (Cottle, 2003). Jika kita berbicara positif tentang diri sendiri, kita akan merasa positif tentang diri sendiri. Self-affirmations sebagai berikut sangat disarankan:

· Saya adalah orang yang berharga

· Saya bertanggung jawab dan dapat diandalkan

· Saya mampu mencintai dan dicintai sepenuh hati

· Saya pantas menerima kebaikan-kebaikan.

· Saya dapat memaafkan diri sendiri untuk kesalahan-kesalahan yang saya lakukan.

c. Melihat orang yang lebih berkualitas

Carl Rogers (1970) menggarmbarkan perbedaan antara orang tidak baik dan orang yang penuh kasih sayang. Orang tidak baik mengkritisi dan mencari kesalahan pada semua hal. Kita akan mengerti seiring berjalannya waktu, bergaul dengan orang-orang seperti ini hanya akan menambah pandangan negatif terhadap diri sendiri. Saat itu terjadi, self-esteem kita akan hilang. Orang yang penuh kasih sayang adalah orang-orang yang positif. Mereka optimis, mereka menghargai kita dan mereka membuat an kita da merasa nyaman terhadap diri sendiri. Disini, kita akan merasa bahwa dengan penghargaan dan optimism yang mereka berikan akan berdampak pada peningkatan self-esteem kita.

d. Bekerja pada bidang yang akan menghasilkan kesuksesan

Beberapa orang menginginkan kegagalan, atau setidaknya terlihat seperti itu. Seringnya mereka memilik tugas yang akan berakhir dengan kegagalan. Bisa saja, tugas itu terlalu berat atau sulit. Dalam keadaan lain, tugas-tugas tersebut mustahil untuk dilakukan. Strategi yang menguntungkan dalam hal ini adalah selektif dalam memilih tugas yang akan menghasilkan kesuksesan. Setiap sukses membantu meningkatkan self-esteem. Setiap kesuksesan mendorong hadirnya kesuksesan lain.



WRITTEN BY : NTan SShee

No comments: